Deep Learning Membuat Mesin Pintar Pembelajaran Mendalam Membuat Murid Bahagia

Waktu kuliah dulu, saya pernah belajar tentang deep learning di bidang machine learning. Materinya lumayan bikin kepala berasap. Bayangkan harus berhadapan dengan istilah seperti neural network, backpropagation, training data, sampai GPU yang kerjanya panas terus menerus. Semua itu dipakai agar mesin bisa pintar mengenali pola, misalnya membedakan gambar kucing dengan anjing.

Nah, sekarang setelah ikut IHT tentang pembelajaran mendalam, saya jadi tersenyum sendiri. Ternyata istilahnya mirip, tapi maksudnya berbeda. Kalau dulu deep learning saya pelajari untuk membuat mesin lebih cerdas, sekarang pembelajaran mendalam saya pelajari untuk membuat murid lebih bahagia dan bermakna dalam belajar.

Bedanya cukup jelas:

Deep Learning (mesin)  butuh dataset jutaan, komputasi rumit, dan kalau salah sedikit hasilnya “error not found”.

Pembelajaran Mendalam (murid) butuh guru yang berkesadaran, murid yang mau mencoba, dan suasana kelas yang bermakna serta menggembirakan.

Waktu mesin belajar, ia di-training terus menerus sampai bisa mengenali pola dengan tepat. Waktu murid belajar, mereka juga dilatih terus menerus sampai bisa menemukan makna dari apa yang dipelajari. Bedanya, kalau mesin belajar tanpa protes, murid kadang bilang, “Pak, saya pusing.” 

Yang menarik, dalam pembelajaran mendalam ada tiga kata kunci: berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Kalau mesin butuh optimizer, murid butuh pengalaman yang bisa mereka hubungkan dengan kehidupan nyata. Kalau mesin bisa overfitting, murid bisa overthinking.

Akhirnya saya sadar, deep learning di komputer memang bikin mesin jadi pintar, tapi pembelajaran mendalam di kelas membuat manusia jadi lebih bijak dan berbahagia. Kalau mesin belajar untuk mengenali data, murid belajar untuk mengenali hidup.

Jadi, pengalaman saya dulu belajar deep learning waktu kuliah ternyata membantu saya tersenyum ketika mempelajari pembelajaran mendalam. Karena meski istilahnya sama-sama “mendalam”, hasil akhirnya berbeda: satu membuat mesin lebih cerdas, satu lagi membuat murid lebih manusiawi.