Mismatch Jurusan TKJ dan Tantangan Dunia Kerja
Perjalanan panjang setiap akhir pekan sering menjadi ruang merenung bagi saya. Duduk di dalam bus, menatap kursi kosong dan cahaya jalanan yang berganti cepat, pikiran saya kembali pada kelas TKJ dan anak-anak yang setiap hari saya temui. Mereka belajar merencanakan topologi, mengenal jaringan kabel dan nirkabel, mengonfigurasi perangkat, mengelola sistem, dan menjaga keamanan jaringan. Ada kebanggaan tersendiri ketika mereka berhasil melakukan praktik atau memahami konsep baru. Namun pertanyaan yang selalu muncul adalah apakah keterampilan ini akan benar-benar terpakai saat mereka bekerja nanti.

Minat yang terus bertambah
Jurusan TKJ tetap menjadi favorit. Dari tahun ke tahun, jumlah siswa terus meningkat hingga kelas sering penuh. Dunia digital yang identik dengan masa depan membuat banyak remaja memilih TKJ. Semangat ini adalah modal besar, walau tidak semua akan bisa bekerja sesuai bidang yang dipelajari.
Realita kerja yang tersedia
Lingkungan sekitar lebih banyak membuka peluang kerja di sektor perkebunan. Perusahaan mencari operator lapangan, mekanik, atau staf administrasi. Hampir tidak ada ruang kerja khusus untuk teknisi jaringan. Maka terjadilah mismatch, keterampilan yang dipelajari di kelas tidak sepenuhnya bertemu dengan kebutuhan kerja yang tersedia.
Zona nyaman dan pilihan aman
Kondisi ekonomi keluarga yang cukup stabil membuat banyak siswa merasa aman. Beberapa lebih memilih membantu pekerjaan keluarga ketimbang mencari jalur kerja sesuai jurusan. Pilihan ini tidak salah, tetapi membuat keterampilan digital yang sudah dipelajari berisiko berhenti begitu saja.
Fenomena nasional
Data nasional memperlihatkan hal yang serupa. BPS tahun 2023 mencatat lulusan SMK masih menjadi kelompok dengan pengangguran terbuka tertinggi, yakni 8,6 persen. Kementerian Ketenagakerjaan juga menunjukkan mayoritas pekerja Indonesia bekerja di luar jurusan yang mereka tempuh. Artinya, mismatch adalah fenomena besar yang dialami di banyak tempat, bukan hanya di lingkungan tertentu.
Mengubah tantangan menjadi peluang
Meski begitu, keterampilan TKJ tidak serta merta hilang makna. Justru ada peluang besar untuk menerapkannya. Dunia perkebunan bisa didukung dengan absensi digital, jaringan CCTV, atau sensor sederhana untuk pemantauan lahan. Lulusan juga bisa berwirausaha dengan membuka layanan internet, servis perangkat, atau menjelajah dunia digital kreatif.
Refleksi dalam perjalanan
Setiap perjalanan panjang membuat saya semakin yakin, jurusan ini sejatinya hanyalah pintu gerbang. Kabel, router, dan topologi hanyalah simbol. Yang sesungguhnya dipelajari adalah logika, disiplin, cara berpikir sistematis, dan keberanian untuk menghadapi tantangan.Mismatch memang nyata. Tetapi justru di situlah letak ujian terbesarnya. Apakah mereka hanya berhenti di ambang pintu, atau berani melangkah lebih jauh. Masa depan tidak pernah ditentukan oleh jurusan semata, melainkan oleh keberanian untuk terus belajar, mengubah keterbatasan menjadi peluang, dan menjadikan pintu gerbang itu jalan menuju dunia yang lebih luas.
Posting Komentar